Seoul, Korea Selatan – Pada tanggal 2 – 10 September 2017 berlangsung pameran Indonesian Architect Week @ Seoul 2017 (IAWS2017) bertempat di ART Space: cultural complex Haenghwa–Tang 613-11 Ahyeon-Dong, Mapo-gu, Seoul. Pameran ini merupakan collateral event dari rangkaian acara UIA (Union Internationale des Architectes) 2017 Seoul World Architects Congress yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali.
IAWS2017 dibuka pada tanggal 2 September 2017 oleh Bapak Umar Hadi, selaku Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan. Hadir pada acara, Bapak Hassan Wirajuda (Mantan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia), Bapak Jong Ruhl HAHN, FKIA, AIA, HJIA (Presiden Kongres UIA2017 Seoul) beserta staf, Ibu Suyoun Kim selaku Perwakilan dari AKC (Asean Korean Center), Bapak Sony Syahlan (General Manager Garuda Indonesia untuk Korea Selatan), Bapak Ahmad Djuhara (Ketua Ikatan Arsitek Indonesia), dan seluruh arsitek peserta IAWS serta delegasi Indonesia untuk UIA Congress 2017.
Pada saat menyampaikan sambutan untuk acara pembukaan IAWS 2017, Dubes Umar Hadi menyampaikan rasa bangganya melihat karya arsitek Indonesia dipamerkan di Korea.
“Saya bangga dapat melihat karya arsitek Indonesia di Korea, dan saya sangat senang melihat arsitek muda Indonesia kini lebih asertif untuk menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan arsitek luar negeri lainnya.”
“Dari apa yang dipamerkan saya menangkap adanya kejelian arsitek untuk meng-capture hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta “
Pameran dibuka sehari-hari pukul 10:00 pagi hingga 22:00 malam. IAWS2017 merupakan hasil kerjasama dan kolaborasi dari 53 karya arsitek Indonesia yang dikurasi oleh Danny Wicaksono dan Defry Ardianta, dengan desain grafis oleh Nusae.
Hasil-hasil karya yang ditampilkan ini memiliki satu benang merah yang serupa, yaitu penggambaran tema kongres UIA tahun 2017, “Soul of City”. Karya yang ditampilkan merupakan reaksi arsitek Indonesia, menghadapi situasi perkotaan yang terjadi dewasa ini.
“Berangkat dari kongres UIA, mereka menyoroti tentang Soul of City. Jika dibaca, menekankan peran arsitek untuk kota sendiri. Makin kompleks manusia, makin kompleks masalahnya,” ungkap Defri.
Jenis karya yang terpilih yang disuguhkan dalam pameran ini meliputi panel berukuran 60cm x 60cm yang memuat deskripsi tentang gagasan-gagasan arsitektur dalam menghadapi permasalahan sebuah kota serta dilengkapi dengan maket yang mendukung presentasi. Karya memiliki beragam skala mulai dari skala rumah yang bersifat privat hingga ke skala bangunan besar yang bersifat umum.
Selain itu pengunjung dapat melihat video hasil wawancara dengan beberapa arsitek peserta mengenai opini mereka tentang hubungan antara isu arsitektur dengan kota, yang disajikan melalui proyektor di ruang boiler.
Selama pameran berlangsung, pengunjung yang datang silih berganti dan beragam mulai dari arsitek Indonesia yang datang bersama dengan tim konsultan hingga arsitek Korea dan mancanegara yang hadir untuk melihat sejauh mana perkembangan dunia arsitektur di Indonesia. Mereka berasal dari kalangan praktisi, maupun akademisi.
Beberapa pengunjung bahkan bukan berasal dari kalangan arsitek, mereka pada umumnya sangat mengapresiasi kegiatan positif ini, sekaligus membuka wawasan mereka tentang arsitektur Indonesia.