Pengumuman dari badan penghargaan Architizer di New York melalui email pada tanggal 4 Agustus 2020 malam waktu WIB berbunyi: “Congratulations! It is my pleasure to inform you that Microlibrary Warak Kayu has been selected as the 2020 Architizer A+Awards Popular Choice Winner in the Libraries category”.
The Architizer A+ Popular Choice Winners were selected by the online voting public after a 10 day campaign garnering over 400,000 votes. This is an unparalleled honor. With entries from over 100 countries, your work truly represents the best of architecture worldwide.”
Microlibrary Warak Kayu adalah perpustakaan pertama di Semarang yang 100% terbuat dari bahan kayu bersertifikat SVLK dan 98% FSC yang diprefabrikasi oleh PT Kayu Lapis Indonesia. Prinsip desainnya tropis, passive energy dan multi-programmatic.
Microlibrary Warak Kayu mereferensi konsep ‘rumah panggung’ dimana volume perpustakaan diangkat sehingga terdapat ruang bawah untuk berbagai kegiatan multifungsi.
Elemen tangga tribune di area masuk dapat digunakan untuk duduk, melakukan aktivitas membaca bersama, workshop dan berkumpul.
Sebagai bonus, terdapat ayunan kayu untuk anak-anak, dan di dalam perpustakaan terdapat jaring-jaring untuk duduk santai dan membaca.
Desain façade Warak Kayu mengikuti bentuk wajik yang terinspirasi sistem konstruksi Zollinger dari Jerman.
Bentuknya seperti sisik kulit Warak Ngendog yang merupakan hewan mitologi khas Semarang, simbol persatuan antaretnis.
Maka namanya Microlibrary Warak Kayu. Dengan menggunakan teknik desain screen layering, cahaya matahari terfiltrasi dengan baik namun interiornya tetap terang tanpa perlu menyalakan lampu di siang hari; dan penghawaan silang dapat terjadi sehingga tidak perlu menggunakan AC.
“Yang membuat kami bangga adalah dukungan masif dari teman-teman di Indonesia yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu dan network diaspora di seluruh dunia yang telah memberikan suara/ voting untuk Microlibrary Warak Kayu.
Maka ini adalah keberhasilan bersama milik Indonesia,” menurut Florian Heinzelmann dan Daliana Suryawinata – Direktur & Founder SHAU- biro arsitektur yang berbasis di Bandung, Rotterdam, dan Passau (Jerman).
Michael Sutanto, patron Microlibrary Warak Kayu mengatakan, “Penghargaan Architizer adalah penghargaan bergengsi untuk Arsitek SHAU dan semua kolaborator.
Saya berterima kasih kepada Pak Hendi, Walikota Semarang, khususnya atas kesempatan berkontribusi terhadap komunitas melalui Microlibrary Warak Kayu ini. Melalui Arkatama Isvara Foundation, kami ingin memberikan kontribusi nyata dalam lanskap pendidikan di Indonesia.
Kami bekerja sama dengan Florian, Daliana, dan tim SHAU Architects untuk memberi sumbangsih berupa arsitektur ruang publik dengan detail yang sangat teliti mulai dari proses desain sampai akhir pelaksanaan.
Microlibrary Warak Kayu telah menunjukkan bahwa desain arsitektur Indonesia dapat memiliki peran penting di kelas dunia. Penghargaan yang setinggi-tingginya juga saya sampaikan kepada Kayu Lapis Indonesia, Kontraktor RAH, dan Harvey Center.”
Architizer A+ Awards diselenggarakan di New York setiap tahun. Kebetulan tahun ini karya mereka didaftarkan untuk kategori perpustakaan.
Kemudian melalui proses seleksi yang ketat dan berlapis oleh tim juri Architizer yang terkemuka, karya mereka terpilih sebagai 1 dari 5 finalis di kategori tersebut.
Kemudian dibuka kesempatan untuk mengumpulkan suara/ voting selama 10 hari, untuk memenangkan popular choice.
Saingan mereka cukup berat: ada 2 perpustakaan di Amerika karya arsitek superstar Steven Holl dan Skidmore Owings Merril, di Tiongkok ada perpustakaan rural yang menarik, dan di Thailand ada perpustakaan kampus yang bagus.
Apa saja keunikan desain Microlibrary Warak Kayu?
- Perpustakaan warga pertama di Semarang dari kayu
- Contoh arsitektur tropis berkelanjutan yang menggunakan materi kayu bersertifikat SVLK (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) dan Forest Stewardship Council (FSC) yang memenuhi prinsip-prinsip hutan berkelanjutan.
- Desain arsitekturnya terinspirasi dari rumah panggung untuk memaksimalkan lantai dasar sebagai ruang bermain dan aktivitas.
- Metode konstruksi fasade ini bernama Zollinger Bauweise asal Jerman yang disesuaikan secara tropis untuk penghawaan silang, shading dan pencahayaan yang baik.
- Pola susunan wajik menyerupai sisik Warak Ngendog, hewan mitologi khas Semarang.
- Hemat lahan; menggunakan lahan sedikit/minimal (91m2) namun performanya maksimal
- Dengan kayu yang diprefabrikasi di pabrik, proses konstruksi menjadi lebih ramah lingkungan, lebih hemat waktu, kepresisian elemen kayu lebih tinggi, dan limbahnya menjadi lebih sedikit.
Factsheet/ Data
Donatur: Arkatama Isvara Foundation: Michael Sutanto and Yessica Leoni Suryaharja
Lokasi: Taman Kasmaran, Semarang, Jawa Tengah
Latitude: -6.990947, Longitude: 110.406479
Luas bangunan: 182m2 (91 m2 di atas, 91 m2 semi-terbuka di bawahnya)
Luas lantai dasar: 91m2
Biaya konstruksi: 75.000 USD (1.2 M IDR)
Luas site: ~1000m2
Tinggi bangunan: 6.65 m
Kredit
Arsitek – SHAU: Florian Heinzelmann & Daliana Suryawinata with Rizki Maulid Supratman, Muhammad Ichsan, Alfian Reza Almadjid, Multazam Akbar Junaedi
Structural Engineer: Joko Agus Catur Wibowo
Riset & prefabrikasi kayu- PT. Kayu Lapis Indonesia: Andre Sulistyo Purnomo, Dondong Budjianto Purnomo, Bob Wani, Yosep Bayu Setiyawan
Kontraktor: RAH Contractor
Fotografer: KIE & team
Logo Microlibrary: Nusae