Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Negara Islam (OKI), Alwi Shihab, mengajak pengusaha Indonesia dapat menangkap peluang bisnis dengan negara-negara Timur Tengah mengingat hubungan historis serta kesamaan agama mayoritas penduduknya.
“Investasi negara-negara Timur Tengah ke Indonesia masih jauh dari harapan. Realisasi investasi Timur Tengah ke Indonesia selama Januari-Desember 2016 masih ditempati Uni Emirat Arab sebesar US$55 juta, Iran di peringkat ke 33 dengan investasi sebesar US$14,3 juta, Kuwait di peringkat 42 (US$3,6 juta),” kata Alwi di Jakarta, akhir bulan lalu.
Sedangkan negara tetangga Malaysia berada di peringkat 8 dengan nilai US$1.115 juta, Afghanistan di peringkat 35 dengan US$12,3 juta, Pakistan di peringkat 39 dengan US$4,8 juta, dan Turki di peringkat 43 dengan US$2,7 juta.
Indonesia saat ini dalam langkah percepatan penyediaan infrastruktur, yang mana terdapat 225 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia dan mencakup 14 sektor.
Rencana belanja Infrastruktur untuk tahun 2017 diperlukan Rp500 triliun sebanyak 31% berasal dari swasta, kata Alwi, dalam seminar ‘Peningkatan Investasi dan Kerja Sama antara Indonesia dan Negara Timur Tengah dan anggota OKI’.
Alwi mengatakan, seminar bertujuan untuk mempromosikan proyek-proyek infrastruktur, energi, dan perdagangan kepada negara-negara Timur Tengah dan OKI guna meningkatkan investasi dan volume perdagangan.
Ia mengatakan, kerja sama dengan negara Timur Tengah sangat terbuka termasuk dengan lembaga seperti Islamic Development Bank (IDB) hanya sayangnya banyak dari proyek-proyek Indonesia belum bankable (tersentuh bank).
“Saat ini sesuai rekomendasi, dana IDB banyak digunakan untuk mendanai pembangunan universitas dan sekolah. Sepanjang itu proyek kesra mereka sangat berminat sejauh ini,” kata Alwi.
Ia mengatakan agar proyek-proyek itu tersentuh perbankan sesuai syarat IDB maka disamping ada penjaminan dari pemerintah, juga pelatihan, serta informasi.
Sedangkan Vice Presiden Director PT Katama Suryabumi, Carmeida Tjokrosoewarno, hadir mempromosikan produk konstruksi ramah gempa di hadapan perwakilan bisnis negara-negara Islam mengatakan, perusahaan menawarkan teknologi pondasi ramah gempa yang bermanfaat bagi negara Timur Tengah yang wilayahnya masuk dalam wilayah gempa.
Pada kesempatan itu, Carmeida memperlihatkan gambar-gambar bangunan di Padang Sumatra Barat dan Aceh yang tidak mengalami kerusakan meskipun telah diguncang gempa baik horisontal maupun vertikal.
“Kami menawarkan dua teknologi pada kesempatan itu pondasi sarang laba-laba untuk bangunan bertingkat dan jaring laba-laba untuk jalan, taxiway (parkir pesawat), penumpukan peti kemas, dan sebagainya,” kata Carmeida.
Ia juga menyampaikan penggunaan konstruksi sarang laba-laba juga banyak diaplikasikan di lahan-lahan ekstrem yang banyak terdapat di wilayah Timur Tengah.
“Kami punya teknologi jalan dengan masa pemeliharaan bisa sampai 25 tahun, bandingkan dengan teknologi jalan konvensional yang rata-rata 10 tahun. Lagipula biaya investasi awalnya juga tidak berbeda jauh dengan teknologi jalan yang ada saat ini,” ujarnya.
Carmeida mengatakan, Katama kerap menjalin kerja sama dengan IDB di antaranya pembangunan Universitas Kendari, Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Padang, serta beberapa sekolah di Aceh.
“Kami tidak secara langsung berhubungan dengan IDB, biasanya dalam satu paket pekerjaan kami ikut dibagian pekerjaan pondasinya saja atau sebagai sub kontraktor,” kata Carmeida.
Untuk wilayah Timur Tengah, Katama menawarkan beberapa alternatif kerja sama salah satunya dengan menjual teknologi. Katama dalam hal ini hanya menjadi pengawas agar seluruh spesifikasi dalam teknologi tersebut dipenuhi dengan benar.
Sumber: Media Indonesia, Antara